Keimanan terhadap Al-Mizan (Bag. 3)
Baca pembahasan sebelumnya Keimanan terhadap Al-Mizan (02)
Apakah yang Ditimbang oleh Al-Mizan? Dalam masalah ini, para ulama berbeda pandangan menjadi beberapa pendapat.
Pendapat pertama, mereka berpendapat bahwa yang ditimbang adalah lembaran catatan amal manusia.
Hal ini berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu,
إِنَّ اللَّهَ سَيُخَلِّصُ رَجُلاً مِنْ أُمَّتِى عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَنْشُرُ عَلَيْهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ سِجِلاًّ كُلُّ سِجِلٍّ مِثْلُ مَدِّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَقُولُ أَتُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا أَظَلَمَكَ كَتَبَتِى الْحَافِظُونَ فَيَقُولُ لاَ يَا رَبِّ. فَيَقُولُ أَفَلَكَ عُذْرٌ فَيَقُولُ لاَ يَا رَبِّ. فَيَقُولُ بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَةً فَإِنَّهُ لاَ ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ فَتَخْرُجُ بِطَاقَةٌ فِيهَا أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ فَيَقُولُ احْضُرْ وَزْنَكَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلاَّتِ فَقَالَ إِنَّكَ لاَ تُظْلَمُ. قَالَ فَتُوضَعُ السِّجِلاَّتُ فِى كِفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِى كِفَّةٍ فَطَاشَتِ السِّجِلاَّتُ وَثَقُلَتِ الْبِطَاقَةُ فَلاَ يَثْقُلُ مَعَ اسْمِ اللَّهِ شَىْءٌ
“Sungguh Allah akan membebaskan seseorang dari umatku di hadapan seluruh manusia pada hari kiamat. Ketika itu dibentangkan 99 gulungan (dosa) miliknya. Setiap gulungan dosa panjangnya sejauh mata memandang. Kemudian Allah berfirman, ‘Apakah ada yang engkau ingkari dari semua catatan ini, apakah para (malaikat) pencatat amal telah menganiayamu?’ Dia menjawab, ‘Tidak wahai Rabbku’. Allah bertanya, ‘Apakah engkau memiliki uzur (alasan)?’ Dia menjawab, ‘Tidak wahai Rabbku’. Allah berfirman, ‘Bahkan sesungguhnya engkau memiliki satu kebaikan di sisi-Ku dan sungguh pada hari ini engkau tidak dianiaya sedikit pun’.
Kemudian dikeluarkanlah sebuah kartu (bithaqah) bertuliskan ‘asyhadu an laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhamadan ‘abduhu wa rasuuluhu’. Lalu Allah berfirman, ‘Datangkan timbanganmu’. Dia berkata, ‘Wahai Rabbku, apalah artinya kartu ini dibandingkan seluruh gulungan (dosa) itu?’ Allah berfirman, ‘Sungguh kamu tidak akan dianiaya’. Kemudian diletakkanlah gulungan-gulungan tersebut pada satu daun timbangan dan kartu itu pada daun timbangan yang lain. Maka gulungan-gulungan (catatan dosa) tersebut terangkat dan kartu (laa ilaaha illallaah) lebih berat. Demikianlah, tidak ada satu pun yang lebih berat dari sesuatu yang padanya terdapat nama Allah” (HR. Tirmidzi no. 2563, Ibnu Majah no. 4290, dinilai shahih oleh Al-Albani).
Pendapat kedua, yang ditimbang adalah amal itu sendiri.
Hal ini berdasarkan hadits-hadits yang telah kami sebutkan sebelumnya, yaitu:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ، ثَقِيلَتَانِ فِي المِيزَانِ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ: سُبْحَانَ اللَّهِ العَظِيمِ، سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ
“Dua kalimat yang ringan (diucapkan) oleh lisan, berat dalam timbangan (pada hari kiamat), dicintai oleh Ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih), (yaitu) subhaanallaahal ‘adziim dan subhaanallaah wa bihamdihi” (HR. Bukhari no. 6406).
Dari Abu Malik Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَأُ الْمِيزَانَ
“Bersuci adalah setengah dari iman, dan (ucapan) alhamdulillah memenuhi timbangan” (HR. Muslim no. 223).
Pendapat ketiga, yang ditimbang adalah sang pelaku amal.
Mereka berdasar pada sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّهُ لَيَأْتِي الرَّجُلُ العَظِيمُ السَّمِينُ يَوْمَ القِيَامَةِ، لاَ يَزِنُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ، وَقَالَ: اقْرَءُوا، {فَلاَ نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ القِيَامَةِ وَزْنًا} [الكهف: 105]
“Sungguh pada hari kiamat akan datang seseorang berbadan gemuk, namun di sisi Allah timbangannya tidak dapat melebihi berat sayap seekor nyamuk. Beliau bersabda, ‘Bacalah ayat (yang artinya), ‘Dan kami tidak memberikan penimbangan terhadap (amal) mereka pada hari kiamat‘” (QS. Al-Kahfi [18]: 105)” (HR. Bukhari no. 4729).
Diriwayatkan dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
أَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ابْنَ مَسْعُودٍ فَصَعِدَ عَلَى شَجَرَةٍ مَرَهُ أَنْ يَأْتِيَهُ مِنْهَا بِشَيْءٍ، فَنَظَرَ أَصْحَابُهُ إِلَى سَاقِ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ حِينَ صَعِدَ الشَّجَرَةَ، فَضَحِكُوا مِنْ حُمُوشَةِ سَاقَيْهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” مَا تَضْحَكُونَ؟ لَرِجْلُ عَبْدِ اللهِ أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أُحُدٍ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan Ibnu Mas’ud (untuk suatu urusan, pen.). Dia pun naik pohon untuk melaksanakan perintah tersebut. Para sahabat pun melihat ke arah betis Abdullah bin Mas’ud yang sedang naik pohon tersebut. Mereka tertawa melihat betis Ibnu Mas’ud yang kecil. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata (menegur), ‘Apa yang kalian tertawakan? Sungguh kaki Abdullah lebih berat dalam timbangan pada hari kiamat daripada gunung Uhud.” (HR. Ahmad no. 876, sanadnya dinilai hasan oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth)
Pendapat yang terkuat adalah pendapat yang menggabungkan ketiga pendapat di atas, sehingga kita katakan bahwa terkadang yang ditimbang adalah amal seorang hamba, bisa juga catatan amal seorang hamba, atau pelaku amal (hamba) itu sendiri berdasarkan semua dalil di atas. Hal ini karena mengambil semua dalil yang ada itu lebih utama daripada mengambil dalil tertentu dan membuang (tidak memakai) dalil lainnya.
Ibnu ‘Uyainah rahimahullah berkata,
يوزن العبد ولايزن جناح بعوضة، يوزن أعمال العباد كما جاءت به الآثر
“Seorang hamba ditimbang (pada hari kiamat), namun (beratnya) tidak melebihi sayap seekor nyamuk. Amal perbuatan hamba (juga) ditimbang sebagaimana yang terdapat dalam hadits.” (Syarh Ushuul I’tiqad Ahlus Sunnah, 1/186)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
وَقَدْ يُمْكِنُ الْجَمْعُ بَيْنَ هَذِهِ الْآثَارِ بِأَنْ يَكُونَ ذَلِكَ كُلُّهُ صَحِيحًا، فَتَارَةً تُوزَنُ الْأَعْمَالُ وَتَارَةً تُوزَنُ محالها وتارة يوزن فاعلها، والله أعلم.
“Riwayat-riwayat ini sangat mungkin untuk digabungkan (diamalkan) semuanya, jadilah semuanya shahih (benar). Sehingga terkadang yang ditimbang adalah amal, terkadang yang ditimbang adalah tempat dicatatnya amal (lembaran catatan amal) dan terkadang yang ditimbang adalah pelaku amal. Wallahu a’lam.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/390)
[Bersambung]
***
Diselesaikan di siang hari, Rotterdam NL, 10 Rabi’ul akhir 1439/ 29 Desember 2017
Oleh seorang hamba yang sangat butuh ampunan Rabb-nya,
[Bersambung]
Keimanan terhadap Al-Mizan (04)
Baca juga
- 19 Nama Hari Kiamat
- Adzab Kubur, Apakah Berlangsung Terus-Menerus Sampai Hari Kiamat?
- Tanda Kiamat: Banyak Orang Menginginkan Mati
Penulis: Muhammad Saifudin Hakim
Artikel: Muslim.or.id
🔍 Arti Kehidupan Dalam Islam, Hukum Memasang Foto Di Sosmed, Sabda Nabi Tentang Ibu, Pacaran Versi Islam, Manfaat Shalat Subuh Berjamaah
Artikel asli: https://muslim.or.id/35459-keimanan-terhadap-al-mizan-03.html